(Hasan Bisri, Bogor 2015)
Siapa yang tak kenal sama
makhluk yang bernama ujian. Hampir semua orang tidak asing lagi dengan kata
itu. Tahapan yang selalu ada dalam proses belajar formal, tak terkecuali di
kampus. Di Perguruan tinggi kita mengenal ujian tengah semester (UTS), ujian
akhir semester (UAS), ujian skripsi, ujian doktor, dan ujian-ujian lainnya. UTS
dan UAS merupakan jenis tes yang tidak asing bagi mahasiswa strata 1.
Setiap orang memberikan penilaian berbeda terhadap ujian.
Mulai dari golongan yang menganggap sebagai formalitas belaka, sampai yang
memaknai sebagai sebuah proses yang sangat berharga. Persiapan ujian yang
dilakukan setiap orang pun berbeda. Ada yang tanpa persiapan, ada yang
setengah-setengah, ada juga yang sangat mempersiapan dari jauh-jauh hari.
Bicara mengenai ujian, ada beberapa hal yang selama ini
saya amati . Ada orang yang membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. “Itu
loh si Fulan tidak pernah belajar
tapi dapat nilai A, bilangnya tidak bisa tapi ujung-ujungnya dapet A”, atau, “si Dia yang belajar terus tapi kok nilainya gak pernah bagus ya”. atau
selalu mngatakan “materinya susah ya
saya gak bisa ngerjain”. Anda termasuk golongan mana, haha. Hemat saya, semua kembali kepada diri kita sendiri. Apapun yang terjadi jangan salahkan pihak
lain, tapi salahkan dirimu sendiri. Lebih bagus lagi kalau kita tidak perlu
menyalahkan siapa-siapa karena nilai ujian kita sangat sesuai dengan apa yang
kita harapkan.Amin. hehe.
Mengenai proses belajar. Belajar efektif merupakan momen
yang selalu kita tunggu-tunggu. Kualitas dalam belajar menjadi hal penting
untuk memahami materi. Bukan masalah waktu lama atau sedikitnya, tapi efektif
tidaknya. Sebenarnya yang tidak mudah dalam belajar bukanlah proses belajarnya,
melainkan bagaimana kita mengondisikan tubuh kita untuk siap belajar. Sehingga
kita perlu mencari tahu bagaimana menyiapkan kondisi yang tepat sesuai dengan
kondisi belajar kita.
Hal lain selain belajar
dalam menyambut ujian adalah aktivitas ibadah dan doa. Banyak orang mengatakan
bahwa ketika kita mengaji alqur’an, kemudian sering sholat, kapan waktu untuk
belajarnya. Ok, secara nalar sepertinya benar. Tapi bukan itu sobat. Ketika kita mengaji kemudian
sholat sunnah dan ibadah lainnya secara tidak langsung kita telah menghormati
sebuah makhluk Allah yang bernama waktu. Jadi Ibadah itu menambah input dalam
penambahan hasil ujian. Karena dengan ibadah akan menambah kesiapan spiritual
kita dalam menghadapi ujian. Rohmah (2008) mengatakan bahwa perilaku ibadah
berkorelasi positif terhadap hasil belajar.
Melihat teman-teman yang bersikap berbeda-beda sebelum
dan setelah keluar dari ruang ujian membuat saya sedikit memutar-mutar otak. Kayaknya
ini masalah mental. Kesiapan ujian mungkin lebih tepatnya. Ingat, Kesiapan ujian tidak hanya kesiapan dalam segi materi, namun
kesiapan dalam hal mental. Banyak orang yang sudah sangat matang mempersiapkan
materi ujian tetapi mendapatkan nilai tidak memuaskan. Ini terjadi karena dalam
ruangan terjadi apa yang orang-orang bilang blank,
otak kosong, gugup, sehingga lupa dan bingung dalam mengerjakan soal. So, mulai lah segala sesuatu dengan
basmalah dan berdoa. rasa takut, cemas,
paranoid, khawatir, tidak pede, minder, grogi, gugup, salah tingkah dan lainnya
harus kita hilangkan (Godam 2011). Sehingga kita perlu berserah diri kepada
Allah SWT.
Pernah mendengar omongan
orang-orang yang diucapkan selepas keluar dari ruang ujian? “datang, kerjakan,
lupakan”. Dalam hati saya sangat menyayangkan. Saya duga bahwa perkataan itu merupakan
pelampiasan diri skaligus digunakan untuk menenangkan hati sehingga serasa
tidak ada beban seusai ujian. Tapi coba renungkan. Tidak segampang itu
melupakan hal. Toh kita juga pasti akan ditanyakan pertanggungjawaban. Paling
cepat kita akan bertanggung jawab terhadap nilai yang akan keluar. Yang pasti
Allah lebih pasti akan menanyakan hal itu. Lebih baiknya lagi kalau kita
merubah itu menjadi “ persiapkan, datang, kerjakan, doakan, dan evaluasikan”.
ini mungkin lebih elegan. Mengingat niatan kita belajar bukan sekedar hal
sepele menghadapi hari H ujian saja. Tapi lebih mulia lagi untuk masa depan. Kalau
saya lebih suka membahas ulang hal yang tak mampu saya kerjakan, karena saya
akan tahu letak kesalahan saya itu dimana, dan harusnya seperti apa.
Ada
orang yang mengatakan bahwa hasil ujian itu merupakan takdir, kalo dapet segitu ya sudah. Ada juga yang mengatakan bahwa hasil ujian adalah
hasil kerja keras seberapa besar persiapan kita. Ok fine. Semua benar. Tapi
yang ingin saya sampaikan adalah hasil ujian adalah hasil perkalian pembagian
atau bahkan kuadrat dari input-input yang kompleks sehingga mendapatkan hasil
yang kita sebut sebagai nilai ujian. Umumnya dalam kampus kita diberi nilai
mutu dengan A, B,C , D atau E. Wahyuni (2005) mengatakan bahwa hasil ujian
berkorelasi dengan usaha keras sebelumnya. Usaha keras tersebut dalam artian
saya bukan sekedar belajar materi saja. Tapi hal-hal lain yang mendukung
terjadinya proses yang membuat kita mau belajar dan doa dari berbagai pihak.
Yang
terakhir, sukuri nilai mu. Nilai adalah anugerah. Sekecil apapun itu, seburuk
apapun, nilai adalah hasil dari banyak hal yang berkontribusi dalam
pembentukannya. Bisa jadi 10 persen dari nilai tersebut terkandung doa kedua orang
tuamu yang dimunajatkan di sepertiga malam, atau dari kerja keras pekerja di
PLN sana sehingga kamu bisa menyalakan laptop yang membantumu membuka
slide-slide dan materi kuliah, atau
bahkan dari hasil senyuman temanmu kala di suatu hari yang membuatmu semangat
belajar. So. Tetaplah menghargai apapun itu. Karena tidak sesederhana bahwa
tiba-tiba nilai yang keluar itu wujud. Tapi banyak faktor yang memengaruhinya. Kita
diberi kesempatan untuk berusaha supaya anugerah itu membanggakan. So, mari berusaha untuk menghasilkan
anugerah yang benar-benar indah dengan persiapan yang sebaik-baiknya. Dapatkan
A untuk ujian-ujian kita.
Jika kita menilai belajar sebagai ibadah, saya rasa hal
diatas ini sudah bukan lagi bahasan menarik. Mengingat dalam hal mencari ilmu
itu keikhlasan menjadi titik level yang paling tinggi. Semoga ujian-ujian kita sukses
dan diberkahi oleh Allah SWT, serta menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin (Hasan,
Bogor 01/04/15).
Dwi W.2005.Pengaruh kesiapan belajar,
motivasi belajar dan pengulangan materi pelajaran terhadap hasil belajar mata
pelajaran ekonomi pada siswa kelas II MA Al Asror Gunung Pati tahun pelajaran
2004/2005 [skripsi].Semarang (ID):Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
Godam.2011.Tips cara menghilangkan/
mengurangi rasa takut/ gugup/ minder saat ujian dan tes.internet.Tersedia pada : http://www.organisasi.org/1970/01/tips-cara-menghilangkan-mengurangi-rasa-takut-gugup-minder-saat-ujian-tes.html, diunduh pada [2015 April 01].
Rohmah Ainani.2008. Pengaruh perilaku
ibadah terhadap hasil penilaian ranah psikomotorik PAI di SMP H Isriati
Baiturrahman Semarang [skripsi].Semarang (ID): Fakultas Tarbiyah, Institut
Agama Islam Negeri Wali Songo.
Makna Dibalik Ujian
4/
5
Oleh
Unknown