Disini mencumbui dingin sisa renyai hujan yang
tertinggal. Angin-angin dari timur mencarik apapun yang ia lewati. Langit hitam
pekat menutupi pandang mentari. menghujani air mata semua yang ada di bumi. Daun-daun
kanopi menyambut dengan suara serupa puisi, bersajak-sajak tanpa interpretasi. Sambaran
cemeti yang tiada henti, menghentakan setiap kata sebelum dicecapi. Ada apa
hati ini tetap merasa sepi.
Seusai hujan, pasir putih pesisir terseret kenangan
indah. Tubuh-tubuh lembing hama padi-padian berjatuhan dari tempat ia singgah. Riak
air yang menggenang di sepanjang paliran
rawa sawah. Menghapus jutaan sisa kehidupan bersejarah. antara diriku dan engkau
sahabatku.
Dimanakah engkau sahabatku? Selesai hujan, kaki
telanjang berempat menyusuri decak tanah merekah. Diri ini menatap bayangmu
pada hening yang merambat. Satu demi satu pendarnya mengikat. Izinkan aku
menyusun prosa senda. Melukis kehidupan yang tak selesai kita bahas bersama. Dengan
kuas dan kertas lusuh yang tersisa. Tak terasa senja beringsut.. kerinduan pun
larut dalam buaian angin yang berkesiut.
Tanah-tanah kedelai mulai melumat air-air angkasa. Ikan-ikan
kecil berlarian merampas kesedihannya. Dahagaku dahagamu, kini telah sirna. Terimakasih
atas mangsa, dimana kita hidup dalam dunia canda. Penuh cerita seiring hilangnya
butir-butir hujan air mata. Sohib, untukmu sejuta salam dari paya.
East lampung, 10 April 2017
Seusai Hujan
4/
5
Oleh
Unknown