Home / Archived For Mei 2017
Jumat, 26 Mei 2017
Rabu, 10 Mei 2017
Seusai Hujan
catatan
Disini mencumbui dingin sisa renyai hujan yang
tertinggal. Angin-angin dari timur mencarik apapun yang ia lewati. Langit hitam
pekat menutupi pandang mentari. menghujani air mata semua yang ada di bumi. Daun-daun
kanopi menyambut dengan suara serupa puisi, bersajak-sajak tanpa interpretasi. Sambaran
cemeti yang tiada henti, menghentakan setiap kata sebelum dicecapi. Ada apa
hati ini tetap merasa sepi.
Seusai hujan, pasir putih pesisir terseret kenangan
indah. Tubuh-tubuh lembing hama padi-padian berjatuhan dari tempat ia singgah. Riak
air yang menggenang di sepanjang paliran
rawa sawah. Menghapus jutaan sisa kehidupan bersejarah. antara diriku dan engkau
sahabatku.
Dimanakah engkau sahabatku? Selesai hujan, kaki
telanjang berempat menyusuri decak tanah merekah. Diri ini menatap bayangmu
pada hening yang merambat. Satu demi satu pendarnya mengikat. Izinkan aku
menyusun prosa senda. Melukis kehidupan yang tak selesai kita bahas bersama. Dengan
kuas dan kertas lusuh yang tersisa. Tak terasa senja beringsut.. kerinduan pun
larut dalam buaian angin yang berkesiut.
Tanah-tanah kedelai mulai melumat air-air angkasa. Ikan-ikan
kecil berlarian merampas kesedihannya. Dahagaku dahagamu, kini telah sirna. Terimakasih
atas mangsa, dimana kita hidup dalam dunia canda. Penuh cerita seiring hilangnya
butir-butir hujan air mata. Sohib, untukmu sejuta salam dari paya.
East lampung, 10 April 2017
Jumat, 05 Mei 2017
Di Sana
catatan puisisungguh
"tak seindah ku menulisnya dalam kata"
"cukup biarkan terpendam dalam rasa"
"benih-benih bertebaran di hamparan"
"tanda sebuah harapan kehidupan"
"ya.. yang di sana"
"lagu-lagu yang tak pernah di mengerti"
"terdendang indah dalam sanubari"
"berjalanlah... berjalanlaahh.."
"lihatlah indahnya sore ini"
"sebuah mata hari kuning bersinar"
"di atas lautan sore ini memancar"
"ya.. yang di sana"
"apakah hanya aku yang bahagia, atau kita"
"entahlah, aku tersenyum saja"
"bayangku merona manis tak di sangka, disana"
"ya.. yang di sana"
East Lampung, 5th April 2017
Selasa, 02 Mei 2017
Sebuah Canda
catatan
Hallo sahabat Brissy. Kali ini kita akan
mengomentari sajak dari Kang Ibnun sang pujangga. Hehe.. istilahnya adalah
kritik sastra. Sajak-sajak di bawah ini merupakan sajak kang Ibnun yang mungkin
tak terasa ia lontarkan baik sadar maupun kondisi tidak sadar. Sehingga mohon
di maklumi jika terjadi kesalahan dan kekeliruan baik keliru sedikit maupun
fatal. Kok bisa fatal? Nanti saya kasih tau dimana fatalnya. Wkwkwkwk
Kita mulai dari sajak pertama :
“Wahai kalian para perindu, saling menasehatilah di
antara kalian
sungguh setelah jarak yang jauh cinta semakin
bertambah”
sarah :
kali ini mungkin Kang Ibnun sengaja menyapa para
perindu, mungkin spesifiknya adalah para joms yang merindu kepada dambaannya. Beliau
berkata “saling menasihati”, disini bermakna cukup mendalam karna mungkin
biasanya setiap joms memiliki penderitaan masing-masing. Memang sangat meletuk
ya, mengingat orang yang menderita akan selalu ada hikmah didalamnya, sehingga
bisa saling menshare hikmah tersebut
dalam bentuk nasihat.. eaa.. mulia sekali ternyata.
Selanjutnya adalah, Kang Ibnun mengatakan bahwa
setelah jarak yang jauh, cinta akan semakin bertambah, maksudnya mungkin
kangennya akan semakin besar, karna gak pernah ketemu. Hanya ketemu lewat doa
di sepertiga malam. Wawawawaw.... hmmm... sangat indah sekali sodara-sodara...
krik krik wkwkk
Sakaj kedua
“dan pernah aku terdampar di luas laut rindu
dihempas badai perpisahan
kita benar tak kan pernah tahu
kemana arus kehidupan mengalir
tapi biar ku kayuh
ku kembang layar
sampai angin yang kau doakan datang
membawa perahu menujumu
aku minta maaf
jika rindu-rindu kecil kita
masih sering pipis di matamu
aku hanya”
sarah:
nah.. langsung saja... Sahabat Brissy mungkin hanya
melihat indahnya sajak diatas, namun ini yang saya bilang fatal, katanya ia
pipis di matamu. Wkwkwkwk,,, wah bisa fatal ini, bisa kena penyakit ini.. wah
gak bagus, jangan di tiru ya sobat, mungkin dia punya makna lain. Mungkin bisa
di tanya langsung ke pengarangnya ya... hahaha
sajak terakhir:
“apakah engkau merasa rindu
sampai batas yang teramat sangat menyedihkan”
sarah:
dari ketiga sajak diatas, sepertinya ini
menggambarkan bahwa sang penulis sedang rindu. Ini mungkin di tulis ketia ia
benar-benar terjebak dalam suasana kerinduan mendalam akan hadirnya sang
kekasih. Mungkin saja. Tapi yang ingin saya tekan kan adalah, bahwa kerinduan
itu manusiawi. Dan merupakan sebuah energi supranatural yang sengaja dihadirkan
Tuhan untuk hamba-hambanya di bumi. So.. kerinduan bagian dari cinta ya sobat. Maka,
obati kerinduan dengan cara-cara yang dapat menambah kerinduan itu sendiri, seperti dengan panjatan doa, sholat malam dan lainnya, begitulah kata sang pujangga Ibnun.
Sekian omong kosong hari ini.. semoga terhihubur..
hehe
Poetry Written by : Ibnun
Interpreted by : Brissy
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Labels
Daftar Blog Saya
Mengenai Saya
Popular Posts
-
Bismillahirrahmanirrohim, Alhamdulillahirrahmanirrahim, wabihi nasta'in, wa'ala umuriddunya waddin, washsholatuwassalamu ala ashro...
-
DETEKSI PENYAKIT TERBAWA BENIH MENGGUNAKAN METODE DIRECT-ELISA (ENZIME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY) Oleh : Hasan Bisri A3412...
-
sungguh kebahagiaan bisa bertemu dan tabarrukan dengan salah seorang ulama besar Indonesia. beliaulah KHR. Kholil Asad Syamsul Arifin pen...
-
Awalnya saya hanya pernah mendengar sosok Rais Aam PBNU pada masa era Gus Dur. Saya hanya mendengar dari beberapa informasi bahwa beliau ...
-
Kementerian Pertanian berupaya mencapai swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (PAJALE) dan telah menggerakkan beberapa program strategis y...