Pesantren dan pertanian merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Dua hal ini bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Para pengasuh pondok pesantren dari dulu selalu mengembangkan kegiatan yang produktif, khususnya dalam bidang pertanian dengan tujuan agar pesantren mampu mandiri dalam membiayai segala aktivitas yang ada di dalamnya.
Kita tahu sekarang problematika
pertanian semakin rumit. Tantangan sektor ini semakin nyata : Mulai dari
perubahan iklim global, konversi lahan, kegagalan panen, meningkatnya pertumbuhan
penduduk, menurunnya minat generasi muda disektor pertanian, kebutuhan pangan
nasional yang meningkat, harga beras yang semakin naik, dan masih banyak masalah lainnya yang begitu
kompleks.
Pesantren yang merupakan salah
satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia
lahir dari rahim kultur pedesaan.
pesantren pada periode awal sangat kental dengan aktivitas budaya orang
desa yang kebanyakan berkonsentrasi pada sektor pertanian. Apalagi biasanya
sebuah pondok pesantren memiliki lahan sawah, kolam, atau hewan ternak.
Faktanya, beberapa pesantren
mulai meninggalkan kebiasaan lama ini akibat semakin berkurangnya lahan dan
perubahan persepsi pengelola. Kita harus mulai membuka mata lebar-lebar
bahwasannya lembaga ini sangat potensial untuk dijadikan lembaga pusat studi
pertanian demi membantu menjawab tantangan zaman, khususnya persoalan
pertanian.
Ada beberapa alasan yang
mendasari urgensitas pemberdayaan pesantren sebagai pusat studi pertanian :
Pertama, santri adalah pemuda. Usia seperti ini sangat cocok diberi
pengetahuan baru karena memiliki idealis tinggi dan bebas berpikir.
Kedua, Santri lebih mudah diatur, karena patuh dan taat kepada guru
dan kiainya. Ini akan memudahkan dalam proses pengontrolan program
pemberdayaan.
Ketiga., santri memiliki spiritual tinggi untuk komitmen merahmati seluruh
alam. Dengan begitu, santri akan berusaha menyatu dengan alam dan tidak
merusaknya.
keempat, santri diajarkan untuk pantang menyerah, ikhlas, jujur,
ber-etika, multytasking, dan
sederhana, yang merupakan karakter seorang ilmuwan.
Kelima, pesantren biasanya berbasis masyarakat, sehingga diharapkan
proses difusi teknologi terhadap masyarakat lebih mudah.
keenam, pesantren dan santri dominan di wilayah pedesaan. Ini sangat strategis sebagai
upaya pembangunan desa melalui transformasi pertanian.
Ketujuh, ketersediaan lahan untuk aktivitas pertanian.
Kedelapan, Terbiasa diskusi. Santri selalu kritis terhadap suatu
hal, sama halnya yang diajarkan kepada para ilmuan dunia.
Alasan ini memberikan gambaran
begitu potensialnya
pondok pesantren untuk dijadikan pusat studi dan riset pertanian kedepan. Kita
sangat berharap pesantren nantinya tidak hanya melahirkan banyak tokoh agama
yang dibutuhkan masyarakat, namun juga para ahli pertanian yang mumpuni untuk
menjawab tantangan zaman. Sehingga setiap pesantren akan memiliki berbagai
laboratorium pendidikan maupun penelitian pertanian, demplot pertanian, usaha
agribisnis, praktik usaha tani, produktif dalam menulis jurnal-jurnal
keilmiyahan, dan pastinya menghasilkan lulusan yang sudah pasti bersedia terjun
langsung ke lapisan bawah masyarakat untuk mendakwahkan pertanian disamping
utamanya sebagai pendakwah agama.
Hasan Bisri, Dept.PTN Faperta IPB
Urgensi Pemberdayaan Pesantren sebagai Pusat Studi Pertanian
4/
5
Oleh
Unknown