Senin, 16 November 2015

Urgensi Pemberdayaan Pesantren sebagai Pusat Studi Pertanian


Pesantren dan pertanian merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Dua hal ini bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Para pengasuh pondok pesantren dari dulu selalu mengembangkan kegiatan yang produktif, khususnya dalam bidang pertanian dengan tujuan agar pesantren mampu mandiri dalam membiayai segala aktivitas yang ada di dalamnya.

Kita tahu sekarang problematika pertanian semakin rumit. Tantangan sektor ini semakin nyata : Mulai dari perubahan iklim global, konversi lahan, kegagalan panen, meningkatnya pertumbuhan penduduk, menurunnya minat generasi muda disektor pertanian, kebutuhan pangan nasional yang meningkat, harga beras yang semakin naik, dan masih banyak masalah lainnya yang begitu kompleks.

Pesantren yang merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia  lahir dari rahim kultur pedesaan.  pesantren pada periode awal sangat kental dengan aktivitas budaya orang desa yang kebanyakan berkonsentrasi pada sektor pertanian. Apalagi biasanya sebuah pondok pesantren memiliki lahan sawah, kolam, atau hewan ternak.

Faktanya, beberapa pesantren mulai meninggalkan kebiasaan lama ini akibat semakin berkurangnya lahan dan perubahan persepsi pengelola. Kita harus mulai membuka mata lebar-lebar bahwasannya lembaga ini sangat potensial untuk dijadikan lembaga pusat studi pertanian demi membantu menjawab tantangan zaman, khususnya persoalan pertanian.

Ada beberapa alasan yang mendasari urgensitas pemberdayaan pesantren sebagai pusat studi pertanian :
Pertama, santri adalah pemuda. Usia seperti ini sangat cocok diberi pengetahuan baru karena memiliki idealis tinggi dan bebas berpikir.
Kedua, Santri lebih mudah diatur, karena patuh dan taat kepada guru dan kiainya. Ini akan memudahkan dalam proses pengontrolan program pemberdayaan.
Ketiga., santri memiliki spiritual tinggi untuk komitmen merahmati seluruh alam. Dengan begitu, santri akan berusaha menyatu dengan alam dan tidak merusaknya.
keempat, santri diajarkan untuk pantang menyerah, ikhlas, jujur, ber-etika, multytasking, dan sederhana, yang merupakan karakter seorang ilmuwan.
Kelima, pesantren biasanya berbasis masyarakat, sehingga diharapkan proses difusi teknologi terhadap masyarakat lebih mudah.
keenam, pesantren dan santri dominan di wilayah pedesaan. Ini sangat strategis sebagai upaya pembangunan desa melalui transformasi pertanian.
Ketujuh, ketersediaan lahan untuk aktivitas pertanian.
Kedelapan, Terbiasa diskusi. Santri selalu kritis terhadap suatu hal, sama halnya yang diajarkan kepada para ilmuan dunia.

Alasan ini memberikan gambaran begitu potensialnya pondok pesantren untuk dijadikan pusat studi dan riset pertanian kedepan. Kita sangat berharap pesantren nantinya tidak hanya melahirkan banyak tokoh agama yang dibutuhkan masyarakat, namun juga para ahli pertanian yang mumpuni untuk menjawab tantangan zaman. Sehingga setiap pesantren akan memiliki berbagai laboratorium pendidikan maupun penelitian pertanian, demplot pertanian, usaha agribisnis, praktik usaha tani, produktif dalam menulis jurnal-jurnal keilmiyahan, dan pastinya menghasilkan lulusan yang sudah pasti bersedia terjun langsung ke lapisan bawah masyarakat untuk mendakwahkan pertanian disamping utamanya sebagai  pendakwah agama.
Hasan Bisri, Dept.PTN Faperta IPB

Related Posts

Urgensi Pemberdayaan Pesantren sebagai Pusat Studi Pertanian
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.