Nahdlatul Ulama (NU) merupakan
organisasi masyarakat terbesar di Indonesia. Hasil survei LSI tahun 2013
mengatakan bahwa 36,5 % penduduk Indonesia adalah Nahdliyin. Itu artinya, jika penduduk Indonesia
berjumlah 255 juta jiwa, maka 93 juta penduduknya adalah orang NU.
NU sendiri berbasiskan masyarakat
akar rumput, yakni penduduk Indonesia dari kalangan masyarakat pedesaan. Basis
terbesar NU saat ini ada di dua provinsi, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data BPS per September 2014, Jatim dan Jateng merupakan provinsi
dengan jumlah penduduk miskin terbanyak, masing-masing 4,74 juta orang dan 4,56
juta orang.
Masyarakat pedesaan yang
merupakan warga NU adalah penyumbang besar data kemiskinan negara. Kebanyakan
mereka adalah masyarakat nelayan dan petani yang merupakan profesi lazimnya di wilayah
pedesaan.
Kabinet Kerja Presiden Jokowi
kali ini berusaha kuat membangun desa-desa dan daerah tertinggal. Disamping
itu, upaya pengentasan kemiskinan merupakan agenda negara yang besar. Desa
menjadi titik fokus pemerintah Indonesia, selain juga menjadi fokus pembangunan
kepengurusan PBNU yang di pimpin KH. Said Aqil Siraj dan KH. Ma’ruf Amin
sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Disisi lain, persoalan pertanian seperti
tidak ada habisnya. Perkara perubahan iklim, naiknya harga pangan, keamanan
pangan, kedaulatan pangan, kegagalan panen, tingginya input pertanian, SDM
petani, impor produk yang mematikan produk lokal, dan kesejahteraan petani.
Rendahnya pendidikan dan
keterampilan SDM manusia pedesaan juga menjadi masalah serius. Ketidak pastian
kondisi pedesaan menjadi ancaman fenomena urbanisasi besar-besaran. Apalagi ketidak
mampuan pemerintah dalam memanfaatkan bonus agraris wilayah Indonesia.
Wacana upaya penyelesaian
problematika pedesaan sebenarnya telah ada dalam tubuh PBNU dan pemerintah
pusat, melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai program PBNU dan
pembangunan desa dan lainnya dari pemerintah. Permasalahan ekonomi masyarakat
pedesaan yang merupakan dominasi warga nahdliyin haruslah didasarkan pada
kualitas sumber daya manusianya.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, juga mengungkapkan pentingnya
peningkatan sumber daya manusia desa, selain dari pembangunan infra struktur
dan penggalian potensi desa, dalam tiga hal kunci pembangunan desa.
Ini menjadi titik konsentrasi
dalam penguraian benang keruetan masalah. Salah satu upaya penting dalam perbaikan
sumber daya manusia dapat di lakukan dengan jalan pendidikan. Dengan
potensialnya wilayah pedesaan sebagai pusat keunggulan pertanian maka
diperlukanlah fokus pembangunan pendidian berbasis pertanian dalam arti luas.
Kedepan, pemerintah dan NU haruslah mulai merumuskan jalan bagaimana
kader-kader NU muda di pedesaan dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi
berbasiskan pertanian seperti IPB. Atau bisa jadi perlunya PBNU membuat
kampus-kampus yang memiliki basis studi pertanian dimana fokus pembelajaran
tidak lagi berkutat seputar agama saja, namun juga kearah pengembangan SDM kader
NU yang ahli dalam bidang pertanian. Dengan begitu, problematika klasik warga
NU sebagai warga negara Indonesia di pedesaan dapat terurai secara perlahan.
Hasan Bisri,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor
NU dan Pentingnya Perguruan Tinggi berbasis Pertanian
4/
5
Oleh
Unknown